JERITAN MASYARAKAT MISKIN DI SANGGABERRU SILULUSAN, BERBANDING TERBALIK DENGAN KEBUN SAWIT TAK BERIZIN

Newscyber.id l Di tengah semangat kerja keras dan perjuangan masyarakat miskin di Desa Sanggaberru Silulusan, Kecamatan Singkil, tersimpan kisah memilukan yang patut menjadi perhatian semua pihak. Tim media yang turun langsung ke lapangan menyaksikan bagaimana 42 kepala keluarga yang hidup dalam keterbatasan mencoba bertahan hidup dengan membuka lahan tidur—semak belukar yang lama tidak dimanfaatkan—demi menanam jagung untuk menyambung hidup.
Lahan seluas kurang lebih 32 hektar tersebut bukanlah hutan lindung, melainkan wilayah yang sebelumnya tidak tergarap. Namun ironisnya, upaya mereka justru menuai tudingan perambahan hutan dari pihak-pihak tertentu. Tuduhan ini tidak hanya melukai semangat mereka, tapi juga memperlihatkan ketimpangan sikap terhadap masyarakat kecil yang berjuang demi hidup.
Sementara itu, di sisi lain, keberadaan kebun kelapa sawit yang luas dan tak berizin di wilayah sekitar justru tak mendapat perhatian atau tindakan tegas. Ketimpangan ini menjadi ironi yang menyesakkan: yang kecil ditekan, yang besar dibiarkan.
Masyarakat Sanggaberru Silulusan berharap pemerintah daerah Aceh Singkil, pemerintah Provinsi Aceh, dan juga pemerintah pusat dapat membuka mata dan hati, memberikan legalitas dan pendampingan atas lahan yang mereka garap demi kehidupan yang lebih layak. Ini sejalan dengan semangat pembangunan pedesaan dan pemberdayaan rakyat kecil seperti yang menjadi bagian dari visi pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
"Jangan kami yang miskin ini terus disalahkan, padahal kami hanya ingin hidup layak di tanah kelahiran kami sendiri," keluh salah satu warga.
Suara jeritan masyarakat ini patut menjadi perhatian, agar keadilan benar-benar menyentuh akar rumput dan tidak hanya berpihak pada yang kuat. Sudah saatnya pemerintah hadir dan memberikan perlindungan nyata bagi rakyat kecil.
(Ramli manik)