Janji Manis Pilkada Tak Lagi Memikat, Warga Aceh Singkil Butuh Pemimpin Teruji

Newscyber.id l Singkil, 14 Oktober 2024 - Kabupaten Aceh Singkil akan segera memasuki fase krusial dalam perhelatan Pilkada yang akan digelar pada 27 November 2024. Di tengah hingar-bingar janji politik yang dilontarkan kedua pasangan calon, masyarakat Aceh Singkil tampak semakin selektif dalam menentukan pilihan mereka. Kabupaten ini, yang tidak memiliki keterwakilan di DPRA, sangat bergantung pada pemimpin yang mampu melakukan lobi anggaran ke Provinsi Aceh dan Pemerintah Pusat. Tidak hanya janji, warga menuntut bukti nyata pembangunan yang telah dilakukan.
Dalam wawancara dengan awak media, Tgk. Marzuki, warga Singkil Utara, menegaskan bahwa saat ini masyarakat membutuhkan pemimpin yang benar-benar mampu memperjuangkan anggaran. "Kalau kita hanya mengandalkan APBD, Singkil akan tetap seperti ini saja. Infrastruktur jalan dan perekonomian masyarakat stagnan. Jangan terbuai janji manis kandidat yang berlebihan, karena ini bukan pertama kalinya kita mendengar janji-janji yang tak ditepati," ujarnya, merujuk pada janji-janji seperti pakaian gratis untuk siswa, santunan kematian, hingga pemekaran kecamatan.
Foto Tamirudin Lingga
Di tempat lain, Tamirudin Lingga, tokoh masyarakat Gunung Meriah dan mantan anggota DPRK Aceh Singkil, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi saat ini. Ia mengingatkan bagaimana di masa pemerintahan sebelumnya, anggaran sebesar Rp1,3 triliun berhasil dikelola dengan baik untuk sektor pertanian, perikanan, dan kesejahteraan petani. Namun kini, banyak program yang terbengkalai, termasuk irigasi sawah dan bantuan untuk nelayan, akibat ketidakmampuan pemerintah dalam mendapatkan anggaran tambahan dari provinsi dan pusat.
Tamirudin juga menyoroti fenomena kekayaan pejabat yang meningkat drastis setelah menjabat. “Sebelum jadi bupati, LHKPN cuma 1,5 miliar, lima tahun kemudian tembus 13 miliar. Kita tidak iri, tapi jangan klaim ada perubahan untuk masyarakat, padahal perubahan hanya untuk pribadi,” katanya dengan nada kecewa. Menurutnya, ini mencerminkan lemahnya kepemimpinan dalam mengutamakan kepentingan rakyat.
Sementara itu, warga Desa Persiapan Trans Lae Ciakala, Pak Tarigan, mengeluhkan janji-janji yang terus berulang tanpa realisasi. “Dulu kami dijanjikan desa definitif, jalan aspal, tapi sampai sekarang semuanya hanya janji. Kami sudah bosan mendengar janji-janji manis," ujarnya tegas.
(Ramlimanik)